Taman Purbakala Cipari Kuningan


Sejak berdirinya sebuah yayasan masyarakat peminat arkeolog Indonesia tahun 1885 untuk penyelidikan candi prambanan dan Borobudur, sampai terjelmanya suatu tindak penyelidikan yang lebih sistematis atas peninggalan hindu pada tahun 1861 dengan tokoh – tokohnya yang dapat disebut seperti H Kern Groeneveldt, G P Rouffaer dalam karyanya Reporten Van De Commissie Nederlandsch Indie Voor Oudheid Kundige Onderzoek Of Jawa en Madura, terus meningkat menjadi Oudheidkundige Dienst tahun 1913 terus lagi menjadi Dinas Purbakala dan Sejarah. TAMAN PURBAKALA

Sebuah cara untuk Perlindungan dan Pengembangan Situs Arkeologi.


Balik lagi jadi LPPN dengan struktur hingga kini. Masalah penamanan sebuah situs belum lah pernah terjadi,kalaupun dapat disebut sebuah taman purnakala yang pernah dibangun pada pertengahan kedua abad ke dua puluh ini, adalah taman sekitar mesjid Banten yang dibangun oleh tenaga ahli LPPN dengan bantuan sarana dari intansi lain. 

Taman yang dimaksud disini adalah sebuah tempat atau pun ruang yang mengandung nilai arkeologi yang dibangun serasi dengan lingkungannya, sehingga padanya terdapat gambaran yang satu dengan suasana sekitar. Taman bisa dibangun disitus – situs islam, hindu maupun prasejarah. Hanya agak berbeda dengan situs islam dan hindu yang penamaannya berarti pemugaran bangunan peninggalan, situs prasejarah memiliki cara tersendiri dalam awal pengamatan, penilaian dan pelaksanaannya gagasan ini muncultelah lama.
Tapi baru dicetuskan pada kesempatan seminar ARCAPA nasional di Jakarta pada tahun 1973 (lihat tegurh asmar: perkembangan, penelitian dan beberapa masalah ilmu prasejarah di Indonesia) yang berpangkal pada cara – cara pemeliharaan pengawasan dan penyajian artepak prasejarah beserta situsnya. Banyak situs kepurbakalaan yang mengalami perusakan dengan maksud eksploitasi ekonomis atau sekedar ingin tahu ataupun disebakan kurangnya dipahaminya makna benda dan situs itu sendiri beserta pencurian – pencurian bendanya, pencegahan minimal dapat dilakukan dengan adakan kerjasama dengan pamong praja setempat dengan pengawasan disitus – situs.
Tetapi usaha yang lebih terpuji lagi jika dapat member pengertian terhadap masyarakat setempat dengan cara penyajian benda – benda tersebut pada sebuah gubuk, barak, atau gedung sekalipun tempat – tempat benda ditemukan dengan pengaturan terarah, pada prinsip – prinsip musiologi serta penterapannya penamaan situs tak juga kalah daya tariknya dengan membiarkan beberapa temuan benda di situs pada lobang penggalian yang dipugar, akan memberikan satu gambaran pada penonton untuk mengenangkan masa-masa hidup nenek moyangnya.
Cara demikian akan lebih dekat karena membiarakan mereka mengadakan pendekatannya sendiri yang besar kemungkinannya untuk menimbulkan kesan menjaga ataupun memelihara situs dari kerusakan, dari pada hanya dengan larangan- larangan yang dapat menimbulkan dugaan negative dilain pihak. Site musieum dan taman prasejarah yang dibangun dan dibina melalui pengolahan yang sempurna akan merupakan pusat penelitian bagi ilmu itu sendiri. Kesatuan hal-hal diatas dalam arian sebuah taman purbakala, taman tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi perkembangan kepurbakalaan, karena fungsi yang dikandung meliputi:
  1. Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaanya
  2. Media pendidikan masyarakat
  3. Objek pariwisata
  4. Tempat pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
  5. Suaka alam dan cagar budaya
  6. Tempat penyaluran ilmu untuk umum
  7. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah
Casmar T: diucapkan dalam seminar arkeologi, proyek pembinaan kepurbakalaan dan peninggalan nasional, cibulan 1976







GALERY POTO 
PART 1
PART 2